Bimbingan Konseling dan Proses Pengembangan Diri Siswa
Sesuai dengan komponen yang harus ada dalam KTSP, komponen pengembangan diri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan dirinya sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat terhadap peserta didik dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Bab IV Pasal 10 dan 11 ayat 1) serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka wewenang Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua Undang-Undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik ke desentralistik. Oleh karena itu sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui proses pembiasaan, pemahaman diri dan lingkungan serta pemanfaatannya untuk mencapai kesempurnaan perkembangan diri. Dengan demikian peserta didik / siswa memiliki ketrampilan hidup & ketrampilan belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses belajar selanjutnya
A. Pelaksanaan
Kegiatan pengembangan diri dapat dilaksanakan secara rutin/spontan dan terprogram. Rutin dan/spontan dapat dilakukan oleh warga sekolah, sedangkan terprogram dilaksanakan melalui perencanaan oleh guru BK/guru mapel maupun tenaga pendidik lainnya sesuai dengan program yang akan dilaksanakan.
Penilaian dapat dilakukan dengan mengamati/observasi terhadap perilaku siswa sehari-hari dan pada waktu melaksanakan kegiatan.
1. Kegiatan pengembangan diri dapat dilaksanakan secara rutin/spontan dan terprogram. Rutin dan/spontan dapat dilakukan oleh warga sekolah, sedangkan terprogram dilaksanakan melalui perencanaan oleh guru BK/guru mapel maupun tenaga pendidik lainnya sesuai dengan program yang akan dilaksanakan.
2. Penilaian dapat dilakukan dengan mengamati/observasi terhadap perilaku siswa sehari2 dan pada waktu melaksanakan kegiatan.
B. Tujuan Program Bimbingan Konseling
Tujuan diselenggarakan program Bimbingan konseling kepada murid dari semua tingkatan pendidikan di Sekolah Menengah pertama adalah membantu membangun kemandirian peserta didik dengan berkembangnya potensi, bakat, minat, serta menerima keunikan diri bagi kebahagiaan hidupnya.
Adapun tujuan penyusunan pedoman kegiatan pengembangan diri adalah memberi bantuan/sebagai acuan pada sekolah yang akan segera melaksanakan kegiatan ini.
C. Komponen Kegiatan Bimbingan Konseling
Komponen kegiatan bimbingan konseling adalah kegiatan pengembangan diri siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan adalah:
a. Layanan bimbingan konseling Melalui konsultasi pribadi & diskusi klasikal
b. Pramuka
c. Kelompok ilmiah remaja
d. Paskibraka
e. Olahraga dan seni
f. Aplikasi computer
Bimbingan Konseling diselenggarakan oleh sekolah dengan menggunakan metode guru masuk ke kelas ataupun dalam bentuk penugasan.
Sebagai penekanan penting sifat bimbingan konseling adalah bukan sebuah pelajaran atau bidang studi yang menghasilkan penilaian dengan skala tertentu, tetapi dievaluasi dengan sebuah sekala sikap.
Bimbingan konseling tidak mengenal ujian materi tetapi adalah sebuah penyuluhan kepada murid agar mereka memiliki ketrampilan hidup dan ketrampilan belajar, mengetahui kemampuan dirinya dan memilih potensi apa yang paling menonjol ada dalam dirinya untuk di kembangkan ke masa depan.
Selain itu bimbingan konseling juga mengarahkan anak bagaimana memecahkan problem-problem belajar yang dialami di sekolah.
